Produsen Bandrex Beras Merah (BBM) energy drink, Syamsul Kamal
NOA | Aceh Jaya - Bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan luas dimasyarakat, pemuda inovatif asal Aceh Jaya, Syamsul Kamal yang juga produsen Bandrex Beras Merah (BBM) energy drink wacanakan membangun sebuah industri pangan skala komersial di Aceh.
“Melalui pemanfaatan sumberdaya
local dengan inovasi dan teknologi terkini untuk memproses sumber bahan pangan
menjadi sebuah Industri pangan yang marketable, profitable, dan sustainable,” kata Syamsul
Kamal kepada media ini, Senin (15/3/2021).
Diakuinya, pembangunan
industri pangan skala komersial di Aceh akan segera terwujud seiring
perkembangan dan permintaan pasar
terhadap produk minuman herbal yang dikembangkannya sejak tahun 2010 lalu terus
meningkat.
“Pemasarannya telah
menyebar hampir keseluruh wilayah Indonesia bahkan ke luar Negeri,” sebut Syamsul Kamal.
Kamal menambahkan,
usaha olahan bahan baku pangan yang di beri brand BBM merupakan hasil perpaduan
sempurna antara beras merah organik, jahe merah, dan gula aren sehingga
menjadikan minuman sumber vitamin dan
nutrisi lengkap yang memiliki multimanfaat untuk kesehatan tubuh.
“Sejauh ini, permintaan
pasar terhadap produk kemasan Bandrex Beras Merah terus meningkat, karena
selain memiliki rasa yang enak saat dikonsumsi BBM Energy Drink ini juga mempunyai banyak manfaat terhadap
kesehatan, sehingga banyak konsumen memberikan testimoni bahwa BBM adalah solusi hidup sehat tanpa obat,” kata Syamsul Kamal.
Dengan adanya usaha
BBM lanjut social entrepreneur ini, setidaknya telah membantu ratusan kepala
keluarga untuk memenuhi kebutuhan ekonominya terutama dalam situasi sulit akibat pandemi
covid 19.
“Selama ini, diantaranya
ada yang menjadi bagian tim produksi dan juga sebagai pemasar produk baik
sebagai agen distributor maupun reaseller selain petani padi, jahe dan pengolah
gula aren.” terang Kamal.
Pada kesempatan
yang sama aktivis social ekonomi ini menerangkan, alasan ianya memilih usaha
tersebut berawal dari pemikiran kritis dan pengalaman pendampingan komunitas tani
dalam mengelola usaha pertanian yang mana secara keuntungan ekonomi tidak
pernah berpihak kepada petani.
“Karena Petani memiliki
keterbatasan kemampuan terhadap akses pasar dan penentuan harga, seyogyanya petani mendapatkan
penghasilan yang layak atas usaha keras mereka, namun pada realitanya hasil
akhir yang diterima petani tidak sebanding dengan jerih mereka,” aku Syamsul Kamal.
Oleh karena itu, untuk
mendorong perubahan dalam hal peningkatan ekonomi yang berkelanjutan serta
berkeadilan, maka dirinya berinisiasi dengan mengambil peran penting dan strategis serta terus
berinovasi untuk menciptakan sebuah industri pangan secara komersial.
“Kami percaya bahwa untuk
mengatasi kemiskinan di negeri ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah
melainkan seluruh lapisan masyarakat terutama para pemikir yang berjiwa
entrepreneurship (kewirausahaan) sehingga potensi yang ada pada masyarakat
merupakan modal utama dalam mengatasi masalah ekonomi tersebut,” tutup Syamsul Kamal.(Vian).