Banda Aceh - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Hanif, mengimbau kepada masyarakat untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan melalui pengawasan lingkungan atau sanitasi.
Dikatakan dr Hanif, setelah penemuan kasus polio yang pertama kali di Aceh sejak menghilang di tahun 2006, Hanif mengharapkan tidak ada lagi masyakat yang membuang air besar di luar Water Closet (WC), sebab virus-virus tersebut bermula dari hal itu.
“Masuknya virus polio ke dalam tubuh yaitu melalui mulut, bersumber dari air atau makanan yang telah terkontaminasi dengan kotoran atau tinja dari seseorang telah terinfeksi polio,” kata dr Hanif, Senin (21/11/2022).
Hanif menyampaikan virus polio tidak masuk melalui kulit dan masa inkubasinya sejak terinfeksi hingga timbul gejala berkisar antara 7-12 hari, terutama di area yang tidak terpapar matahari.
Kata dia, virus polio bisa dibawa oleh lalat yang hinggap di tinja seseorang, lalu masuk ke makanan atau air dan kemudian dikonsumsi oleh anak-anak.
“Berbeda halnya jika tinja itu terinjak oleh anak. Hal ini tidak mempengaruhi perkembangan virus karena tidak masuk langsung dalam mulut,” kata Hanif.
Pemerintah juga diharapkan memerhatikan sanitasi masyarakat yang berada di pinggiran, terutama pembangunan WC keluarga. “Kita harapkan masyarakatnya 100 persen buang hajat di jampan atau WC,” pintanya.
Menurut Hanif, penggunaan jamban sebagai media buang hajat sangat jarang digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan maupun yang banyak dialiri sungai seperti di Gayo lues, Tangse, Geumpang, Kabupaten Pidie karena mereka sudah terbiasa buang air besar di sungai.
"Kita harap masyarakat merubah prilaku buang air besar dimana-mana supaya mata rantai penulana virus ini terputus,” tuturnya.
Sebagai informasi, Poliomyelitis (polio) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio dengan memiliki tiga tipe. Polio menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.
.jpeg)
