Banda Aceh – Perpustakaan di Aceh kini tidak lagi sekadar tempat membaca buku. Melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, perpustakaan di Aceh bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Dr. Edi Yandra, STP, MSP, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk memperkuat peran perpustakaan dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul melalui peningkatan kemampuan literasi.
"Pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat,” kata Dr. Edi Yandra.
Sejak tahun 2018, Aceh telah menjadi salah satu provinsi yang menerapkan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di 15 kabupaten/kota. Program ini menjangkau masyarakat di pedesaan dengan fokus pada:
• Mendekatkan akses informasi berkualitas bagi masyarakat
. Mengurangi kesenjangan digital dengan penduduk perkotaan
• Menurunkan angka urbanisasi
• Meningkatkan literasi dan pemberdayaan masyarakat
Perpustakaan sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Perpustakaan tidak hanya menyediakan buku dan informasi, tetapi juga memfasilitasi berbagai kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti:
• Pelatihan keterampilan
Lokakarya
• Seminar
• Kegiatan kewirausahaan
• Pelatihan komputer dan internet
Peran Teknologi Informasi
Di era digital ini, perpustakaan juga perlu beradaptasi dengan menyediakan akses teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk:
Meningkatkan akses informasi
• Meningkatkan kualitas layanan perpustakaan
• Memberdayakan masyarakat melalui pelatihan dan edukasi TIK
Dr. Edi Yandra mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung program Transformasi Perpustakaan. Dengan meningkatnya akses informasi dan literasi, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Aceh. (Advertorial)