Iklan

Pakai Dana Desa untuk Anak, Belajar dari Desa Mukhan di Aceh Jaya

REDAKSI
3/15/22, 20:57 WIB Last Updated 2022-03-15T13:57:28Z


Aceh Jaya - Gampong (desa) Mukhan, Kecamatan Indra Jaya, Aceh Jaya pernah dihancurkan bencana tsunami 17 tahun silam. Rumah-rumah hancur, sebagian besar warganya menjadi korban. Perlahan, warga tersisa membangun kembali desanya menjadi lebih baik, bahkan layak anak.


Berada sekitar 72 kilometer dari Calang, Ibu Kota Aceh Jaya, Gampong Mukhan kini dihuni sekitar 500-an jiwa atau 140 KK. Menjadi salah satu pilot project desa layak anak di Aceh Jaya. Berbagai program terkait anak digagas memakai Dana Desa, demi menciptakan generasi sehat.


Saya mengunjungi kembali wilayah tersebut pada Agustus 2021, bertemu dengan Kepala Gampong Mukhan, Mahmuddin. Dia menjelaskan, penggunaan Dana Desa untuk kepentingan anak bermula sejak 2018. Saat itu ditemukan enam anak mengalami stunting di sana, dan menarik perhatian perangkat desa. Rapat digelar membahas tindak lanjutnya, lalu diluncurkan program pemberian makanan tambahan bagi anak.


Bantuan tak hanya anak yang berkasus, tetapi juga kepada seluruh Balita di Mukhan yang saat itu berjumlah 56 orang. “Tuha Peut dan semuanya sepakat untuk mengalokasikan bantuan dari Dana Desa,” jelas Mahmuddin.


Ahli Gizi rutin dipanggil untuk memberikan pengetahuan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Program itu berjalan sukses dan terus hingga kini, bahkan ditambah dengan sejumlah program lainnya.


Desa Mukhan kemudian meluncurkan program Warung Balita Sehat (WBS), berkoordinasi dengan Pemerintah Aceh Jaya dan pihak UNICEF. WBS Desa Mukhan adalah yang pertama di Aceh Jaya. Desa ini juga meluncurkan program budaya cuci tangan pakai sabun, jauh sebelum COVID-19 melanda Aceh dan Indonesia.


Menurut Mahmuddin, selanjutnya pada 2019 dibantu pemerintah kabupaten dan provinsi, desa itu meluncurkan program Rumoh Gizi Gampong (RGG), dan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Dinas Pangan ikut memberikan support bantuan bibit sayuran, untuk membuka kebun-kebun sayur-mayur di lahan-lahan kosong warga.


Hasil kebunnya, sebagai sajian makanan Balita. “Juga membuka kelas gizi secara rutin berbarengan dengan Posyandu di kantor desa,” jelasnya.


Atas sejumlah keberhasilan tersebut, pada akhir 2019, Tim dari Kementerian Desa, Kementerian Kesehatan, dan UNICEF, berkunjung ke Desa Mukhan untuk melihat berbagai program terkait anak sebagai contoh baik bagi wilayah lainnya.


Kata Mahmuddin, desanya tak hanya memberikan perhatian kepada anak, tetapi juga kepada ibu hamil dan lansia. “Mendapat perhatian lebih terutama berkenaan dengan pola makan bergizi,” jelasnya.


Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Indra Jaya, Terika, mengakui warga antusias dalam mengikuti setiap gelar pemaparan gizi di Desa Mukhan. “Tantangannya tidak banyak, paling kalau ada yang tidak datang dalam satu pertemuan, maka materinya kami review lagi di pertemuan selanjutnya,” katanya.


Dalam memberikan pelatihan di RGG, Terika kerap melakukannya bersama Bidan Desa setempat, Nur Anisah. Saat ini terdapat 60 balita di sana, yang saban bulan diperiksa tumbuh kembangnya di Posyandu. “Kalau ada yang berhalangan, kami akan jemput bola ke rumah,” jelas Nur.


Dia mengakui perilaku warga Mukhan dalam kesehatan lingkungan juga sudah baik. Misalnya warga sudah sadar untuk tidak buang sampah sembarangan. Mukhan juga salah satu gampong berstatus Open Defecation Free (ODF) atau stop buang air besar sembarangan di Aceh Jaya.


Kepala Seksi Kesga Gizi Masyarakat di Dinkes Aceh Jaya, Nurfajriati, menjelaskan belum semua gampong di Aceh Jaya punya RGG. Sebagian RGG disupport pemerintah kabupaten secara bertahap. Misalnya pada 2020 ada 15 desa dalam 3 kecamatan yang jadi pilot project. “Pemilihannya didata dulu, dilihat mana yang paling siap lebih dulu, ada kader, bidan, dan komitmen kepala desa,” katanya.


Setelah pilot project selesai dalam tahun tersebut, masing-masing desa kemudian menjalankan sendiri dengan anggarannya. Sementara anggaran tahunan digeser ke desa lainnya.


Pada 2021, Dinas Kesehatan melalui Dana Intensif Daerah (DID) mengalokasikan anggaran untuk 5 desa di 5 kecamatan. Di luar pilot project, sebagian desa berkoordinasi dengan pihak kabupaten, memakai dana desa untuk melaksanakan program RGG. “Tahun 2021, ada 22 desa yang pakai Dana Desa,” jelas Nurfajriati.


Sementara untuk tahun 2022, direncanakan membantu 10 desa untuk kegiatan di RGG. Pemerintah kabupaten juga terus menerus mengajak semua desa dapat mengalokasikan dananya untuk program RGG dan kegiatan terkait anak lainnya.


Kepala Bappeda Aceh Jaya, Hendri Kusnadi, mengatakan Dana Desa dapat dipakai untuk kegiatan-kegiatan berhubungan dengan penanganan stunting dan malnutrisi anak. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Desa Nomor 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2018. Selanjutnya juga tercantum dalam Peraturan Menteri Desa Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Desa Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2020.


Kerenanya pihak Bappeda Aceh Jaya selalu mendorong agar desa dapat memanfaatkan Dana Desa untuk kepentingan anak. “Yang terpenting adalah komitmen dari desa sendiri, kami selalu support,” kata Hendri.


Saat ini, Pemerintah Aceh Jaya sedang menyiapkam Qanun Ramah Anak, untuk target meraih predikat sebagai salah satu Kota Layak Anak di Indonesia. Pihaknya berharap masyarakat selalu mendukung dan membangun kesadaran untuk hidup sesuai standar kesehatan, melindungi anak secara menyeluruh dan menjaga sarana yang tersedia.***

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Pakai Dana Desa untuk Anak, Belajar dari Desa Mukhan di Aceh Jaya

Terkini

Adsense