Banda Aceh – Lika-liku perjalanan bangsa terukir dalam arsip, menjadi bukti nyata peristiwa penting yang dilalui. Arsip negara bukan sekadar catatan lama, melainkan memori kolektif yang mendefinisikan identitas dan jati diri bangsa.
“Sebagai memori kolektif, arsip merupakan sumber informasi berharga yang mengandung nilai-nilai mendasar bagi pendidikan karakter, jati diri bangsa, serta menumbuhkan jiwa nasionalisme,” jelas Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Dr Edi Yandra S.STP, M.SP, Senin (02/04/2024).
Lebih dari sekadar catatan sejarah, arsip juga berperan sebagai pertanggungjawaban nasional atas perencanaan, pelaksanaan, dan penyelenggaraan pemerintahan. Melestarikan arsip, warisan dokumenter perjalanan bangsa, sama artinya dengan menjaga ingatan dunia.
Sebagai khazanah sejarah bangsa, arsip memainkan peran penting dalam melestarikan identitas bangsa Indonesia bagi generasi penerus. Melalui Pekan Memori Dunia: Memory of World, memori kolektif bangsa didiseminasikan secara luas. Tahun ini, ANRI mengangkat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non-Blok dan pidato Presiden Soekarno di Sidang Majelis Umum PBB (30 September 1960) dengan judul “To Build the World a New” sebagai ingatan kolektif dunia atau memory of the world.
Upaya pelestarian arsip di Aceh terus dilakukan. Dr Edi Yandra S.STP, M.SP, menjelaskan bahwa pihaknya aktif menelusuri arsip-arsip terkait Aceh yang masih tercecer di tangan individu-individu. Arsip-arsip ini nantinya akan dijadikan bahan diorama arsip Aceh, diselamatkan, dan digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk generasi mendatang.
"Arsip-arsip sejarah Aceh itu nilainya sangat berharga,” ujar Dr. Edi. “Aceh telah melalui berbagai tahapan sejarah, mulai dari Kemajuan Kerajaan Aceh, Masa Penjajahan, Konflik Aceh, hingga Tsunami. Arsip-arsip ini pun sering kali menjadi buruan para peneliti karena nilai-nilainya yang sangat penting.”
Komitmen pelestarian arsip ini dibuktikan dengan pengajuan beberapa Arsip Sejarah Aceh sebagai Memory Of the World. Diantaranya Arsip Hikayat Aceh (diajukan pada tahun 2022) dan Arsip Radio Rimba Raya (diajukan pada tahun 2023).
Lebih lanjut, Dr. Edi menegaskan bahwa arsip juga merupakan bukti otentik perkembangan negara maupun daerah. Oleh karena itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh terus melaksanakan kegiatan penyelamatan arsip dan akuisisi arsip-arsip yang ada di Satuan Kerja Pemerintah Aceh.
Upaya pelestarian arsip ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat. Mari bersama jaga dan lestarikan arsip sebagai memori kolektif bangsa, untuk masa depan Indonesia yang lebih gemilang.
Membangun Karakter dan Menumbuhkan Nasionalisme:
Lebih dari sekadar catatan sejarah, arsip memiliki peran penting dalam pendidikan karakter dan penumbuhkan jiwa nasionalisme. Dengan mempelajari arsip, generasi muda dapat memahami nilai-nilai luhur bangsa, meneladani semangat juang para pahlawan, dan menumbuhkan rasa cinta tanah air. Arsip menjadi landasan kokoh untuk membangun karakter bangsa yang tangguh dan berintegritas.
Memori Kolektif untuk Masa Depan:
Arsip bukan hanya milik generasi terdahulu, tetapi juga warisan berharga bagi generasi penerus. Melestarikan arsip berarti menjaga memori kolektif bangsa, memastikan agar kisah-kisah sejarah dan identitas bangsa tetap terjaga dan lestari.
Upaya Pelestarian Arsip di Aceh:
Di Aceh, upaya pelestarian arsip terus dilakukan dengan penuh semangat. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh aktif menelusuri arsip-arsip yang masih tercecer, baik di tangan individu maupun di berbagai tempat. Upaya ini bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip berharga dan menjadikannya sebagai bahan edukasi bagi generasi mendatang.
Arsip Aceh: Bukti Sejarah dan Daya Tarik Wisata:
Arsip-arsip Aceh tak hanya bernilai sejarah, tetapi juga memiliki potensi wisata yang tinggi. Di balik kisah-kisah sejarah yang tersimpan, terdapat nilai budaya dan kearifan lokal yang tak ternilai. Diorama arsip Aceh yang direncanakan menjadi bukti nyata bagaimana arsip dapat disulap menjadi media pembelajaran yang menarik dan interaktif. (Advertorial)